Simpan » Diposting oleh imam » Selasa, 05 Januari 2010 »
permalink

Selasa, 05 Januari 2010
imam
No comments

Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan "Keluarga Bahagia tanpa Problema"

Senin, 25-Mei-2009
Penulis: Mazin bin
Abdul Karim Al Farih
Berikut ini sepuluh
wasiat untuk
wanita, untuk istri,
untuk ibu rumah
tangga dan ibunya
anak-anak yang
ingin menjadikan
rumahnya sebagai
pondok yang tenang
dan tempat nan
aman yang dipenuhi
cinta dan kasih
sayang, ketenangan
dan kelembutan.
Berikut ini sepuluh
wasiat untuk
wanita, untuk istri,
untuk ibu rumah
tangga dan ibunya
anak-anak yang
ingin menjadikan
rumahnya sebagai
pondok yang tenang
dan tempat nan
aman yang dipenuhi
cinta dan kasih
sayang, ketenangan
dan kelembutan.
Wahai wanita
mukminah!
Sepuluh wasiat ini
aku persembahkan
untukmu, yang
dengannya engkau
membuat ridla
Tuhanmu, engau
dapat
membahagiakan
suamimu dan
engkau dapat
menjaga tahtamu.
Wasiat Pertama:
Takwa kepada Allah
dan menjauhi
maksiat
Bila engkau ingin
kesengsaraan
bersarang di
rumahmu dan
bertunas, maka
bermaksiatlah
kepada Allah!!
Sesungguhnya
kemaksiatan
menghancurkan
negeri dan
menggoncangkan
kerajaan. Maka
janganlah engkau
goncangkan
rumahmu dengan
berbuat maksiat
kepada Allah dan
jangan engkau
seperti Fulanah
yang telah
bermaksiat kepada
Allah… Maka ia
berkata dengan
menyesal penuh
tangis setelah
dicerai oleh sang
suami: "Ketaatan
menyatukan kami
dan maksiat
menceraikan
kami …"
Wahai hamba
Allah… Jagalah Allah
niscaya Dia akan
menjagamu dan
menjaga untukmu
suamimu dan
rumahmu.
Sesungguhnya
ketaatan akan
mengumpulkan hati
dan
mempersatukannya,
sedangkan
kemaksiatan akan
mengoyak hati dan
mencerai-beraikan
keutuhannya.
Karena itulah, salah
seorang wanita
shalihah jika
mendapatkan sikap
keras dan berpaling
dari suaminya, ia
berkata "Aku mohon
ampun kepada
Allah… itu terjadi
karena perbuatan
tanganku
(kesalahanku)…"
Maka hati-hatilah
wahai saudariku
muslimah dari
berbuat maksiat,
khususnya:
- Meninggalkan
shalat atau
mengakhirkannya
atau
menunaikannya
dengan cara yang
tidak benar. Duduk
di majlis ghibah dan
namimah, berbuat
riya’ dan sum’ah.
- Menjelekkan dan
mengejek orang
lain. Allah berfirman:
"Wahai orang-orang
yang beriman,
janganlah suatu
kaum mengolok-
olokkan kaum yang
lain(karena) boleh
jadi mereka (yang
diolok-olokkan) lebih
baik dari mereka
(yang mengolok-
olokkan) dan
janganlah wanita-
wanita (mengolok-
olokkan) wanita lain
(karena) boleh jadi
wanita-wanita
(yang diperolok-
olokkan) lebih baik
dari wanita (yang
mengolok-
olokkan)." (Al
Hujuraat: 11)
- Keluar menuju
pasar tanpa
kepentingan yang
sangat mendesak
dan tanpa
didampingi mahram.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
bersabda:
ُّبَحَأ ِدالِبْلا
ىَلِإ ِهللا
ْمُهُدِجاَسَم
َضَغْبَأَو
ِدالِبْلا ىَلِإ
ِهللا
ْمُهُقاَوْسَأ
"Negeri yang paling
dicintai Allah adalah
masjid-masjidnya
dan negeri yang
paling dibenci Allah
adalah pasar-
pasarnya."1
- Mendidik anak
dengan pendidikan
barat atau
menyerahkan
pendidikan anak
kepada para
pembantu dan
pendidik-pendidik
yang kafir.
- Meniru wanita-
wanita kafir. Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
ْنَم َهَّبَشَت
ٍمْوَقِب َوُهَف
ْمُهْنِم
"Siapa yang
menyerupai suatu
kaum maka ia
termasuk golongan
mereka."2
- Menyaksikan film-
film porno dan
mendengarkan
nyanyian.
- Membaca majalah-
majalah lawakan/
humor.
- Membiarkan sopir
dan pembantu
masuk ke dalam
rumah tanpa
kepentingan
mendesak.
- Membiarkan suami
dalam
kemaksiatannya.3
- Bersahabat dengan
wanita-wantia fajir
dan fasik. Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
ُءْرَمْلا ىَلَع
ِنْيِد
ِهِلْيِلَخ
"Seseorang itu
menurut agama
temannya."4
- Tabarruj (pamer
kecantikan) dan
sufur (membuka
wajah)
Wasiat kedua:
Berupaya mengenal
dan memahami
suami
Hendaknya seorang
istri berupaya
memahami
suaminya. Ia tahu
apa yang disukai
suami maka ia
berusaha
memenuhinya. Dan
ia tahu apa yang
dibenci suami maka
ia berupaya untuk
menjauhinya,
dengan catatan
selama tidak dalam
perkara maksiat
kepada Allah, karena
tidak ada ketaatan
kepada makhluk
dalam bermaksiat
kepada Al Khaliq
(Allah Ta`ala).
Berikut ini
dengarkanlah kisah
seorang istri yang
bijaksana yang
berupaya
memahami
suaminya.
Berkata sang suami
kepada temannya:
"Selama dua puluh
tahun hidup
bersama belum
pernah aku melihat
dari istriku perkara
yang dapat
membuatku marah."
Maka berkata
temannya dengan
heran: "Bagaimana
hal itu bisa terjadi."
Berkata sang suami:
"Pada malam
pertama aku masuk
menemui istriku,
aku mendekat
padanya dan aku
hendak
menggapainya
dengan tanganku,
maka ia berkata:
‘Jangan tergesa-
gesa wahai Abu
Umayyah.’ Lalu ia
berkata: ‘Segala
puji bagi Allah dan
shalawat atas
Rasulullah… Aku
adalah wanita asing,
aku tidak tahu
tentang akhlakmu,
maka terangkanlah
kepadaku apa yang
engkau sukai
niscaya aku akan
melakukannya dan
apa yang engkau
tidak sukai niscaya
aku akan
meninggalkannya.’
Kemudian ia
berkata: ‘Aku
ucapkan perkataaan
ini dan aku mohon
ampun kepada Allah
untuk diriku dan
dirimu.’"
Berkata sang suami
kepada temannya:
"Demi Allah, ia
mengharuskan aku
untuk berkhutbah
pada kesempatan
tersebut. Maka aku
katakan: ‘Segala
puji bagi Allah dan
aku mengucapkan
shalawat dan salam
atas Nabi dan
keluarganya.
Sungguh engkau
telah mengucapkan
suatu kalimat yang
bila engkau tetap
berpegang padanya,
maka itu adalah
kebahagiaan
untukmu dan jika
engkau tinggalkan
(tidak
melaksanakannya)
jadilah itu sebagai
bukti untuk
menyalahkanmu.
Aku menyukai ini
dan itu, dan aku
benci ini dan itu. Apa
yang engkau lihat
dari kebaikan maka
sebarkanlah dan apa
yang engkau lihat
dari kejelekkan
tutupilah.’ Istri
berkata: ‘Apakah
engkau suka bila
aku mengunjungi
keluargaku?’ Aku
menjawab: ‘Aku
tidak suka kerabat
istriku bosan
terhadapku’ (yakni
si suami tidak
menginginkan
istrinya sering
berkunjung). Ia
berkata lagi: ‘Siapa
di antara
tetanggamu yang
engkau suka untuk
masuk ke rumahmu
maka aku akan
izinkan ia masuk?
Dan siapa yang
engkau tidak sukai
maka akupun tidak
menyukainya?’
Aku katakan: ‘Bani
Fulan adalah kaum
yang shaleh dan
Bani Fulan adalah
kaum yang jelek.’"
Berkata sang suami
kepada temannya:
"Lalu aku melewati
malam yang paling
indah bersamanya.
Dan aku hidup
bersamanya selama
setahun dalam
keadaan tidak
pernah aku melihat
kecuali apa yang
aku sukai. Suatu
ketika di permulaan
tahun, tatkala aku
pulang dari tempat
kerjaku, aku
dapatkan ibu
mertuaku ada di
rumahku. Lalu ibu
mertuaku berkata
kepadaku:
‘ Bagaimana
pendapatmu
tentang istrimu?’"
Aku jawab: "Ia
sebaik-baik istri."
Ibu mertuaku
berkata: "Wahai Abu
Umayyah.. Demi
Allah, tidak ada yang
dimiliki para suami
di rumah-rumah
mereka yang lebih
jelek daripada istri
penentang
(lancang). Maka
didiklah dan
perbaikilah
akhlaknya sesuai
dengan
kehendakmu."
Berkata sang suami:
"Maka ia tinggal
bersamaku selama
dua puluh tahun,
belum pernah aku
mengingkari
perbuatannya
sedikitpun kecuali
sekali, itupun karena
aku berbuat dhalim
padanya."5
Alangkah bahagia
kehidupannya…!
Demi Allah, aku tidak
tahu apakah
kekagumanku
tertuju pada istri
tersebut dan
kecerdasan yang
dimilikinya? Ataukah
tertuju pada sang
ibu dan pendidikan
yang diberikan
untuk putrinya?
Ataukah terhadap
sang suami dan
hikmah yang
dimilikinya? Itu
adalah keutamaan
Allah yang
diberikannya
kepada siapa yang
Dia kehendaki.
Wasiat ketiga:
Ketaatan yang
nyata kepada suami
dan bergaul dengan
baik
Sesungguhnya hak
suami atas istrinya
itu besar. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
ْوَل ُتْنُك
اَرِمآ اًدَحَأ ْنَأ
َدُجْسَي ٍدَحَأل
ُتْرَمَأل
َةَأْرَمْلا ْنَأ
َدُجْسَت
اَهِجْوَزِل
"Seandainya aku
boleh
memerintahkan
seseorang untuk
sujud kepada orang
lain niscaya aku
perintahkan istri
untuk sujud kepada
suaminya."6
Hak suami yang
pertama adalah
ditaati dalam
perkara yang bukan
maksiat kepada
Allah dan baik dalam
bergaul dengannya
serta tidak
mendurhakainya.
Bersabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam:
ِناَنْثِإ ال
ُزِواَجُت
اَمُهُتالَص
اَمُهُسْوُؤُر:
ٌدْبَع قَبآ ْنِم
ِهْيِلاَوَم
ىَّتَح َعِجْرَي
ٌةَأَرْماَو
ْتَصَع اَهَجْوَز
ىَّتَح َعِجْرَت
"Dua golongan yang
shalatnya tidak
akan melewati
kepalanya, yaitu
budak yang lari dari
tuannya hingga ia
kembali dan istri
yang durhaka
kepada suaminya
hingga ia kembali."7
Karena itulah Aisyah
Ummul Mukminin
berkata dalam
memberi nasehat
kepada para wanita:
"Wahai sekalian
wanita, seandainya
kalian mengetahui
hak suami-suami
kalian atas diri
kalian niscaya akan
ada seorang wanita
di antara kalian
yang mengusap
debu dari kedua kaki
suaminya dengan
pipinya."8
Engkau termasuk
sebaik-baik wanita!!
Dengan ketaatanmu
kepada suamimu
dan baiknya
pergaulanmu
terhadapnya,
engkau akan
menjadi sebaik-baik
wanita, dengan izin
Allah. Pernah ada
yang bertanya
kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam: "Wanita
bagaimanakah yang
terbaik?" Beliau
menjawab:
ىِتَّلَا
ُهُّرِسَت اَذِإ
َرَظَن،
ُهُعْيِطُتَو
اَذِإ َرَمَأ، الَو
ُهُفِلاَخُت
ْيِف اَهِسْفَن
الَو اَهِلاَم اَمِب
ُهَرْكَي
"Yang
menyenangkan
suami ketika
dipandang, taat
kepada suami jika
diperintah dan ia
tidak menyalahi
pada dirinya dan
hartanya dengan
yang tidak disukai
suaminya." (
Isnadnya hasan)
Ketahuilah, engkau
termasuk penduduk
surga dengan izin
Allah, jika engkau
bertakwa kepada
Allah dan taat
kepada suamimu,
berdasarkan sabda
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam:
ُةَأْرَمْلَا اَذِإ
ْتَّلَص
اَهَسْمَخ
ْتَماَصَو
اَهَرْهَش
ْتَنَصْحَأَو
اَهَجْرَف،
ْتَعاَطَأَو
اَهَجْوَز،
ُلُخْدَتْلَف
ْنِم ِّيَأ
ِباَوْبَأ
ِةَّنَجْلا
ْتَءاَش
"Bila seorang wanita
shalat lima waktu,
puasa pada bulan
Ramadlan, menjaga
kemaluannya dan
taat kepada
suaminya, ia akan
masuk surga dari
pintu mana saja
yang ia inginkan."9
Wasiat keempat:
Bersikap qana’ah
(merasa cukup)
Kami menginginkan
wanita muslimah
ridla dengan apa
yang diberikan
(suami) untuknya
baik itu sedikit
ataupun banyak.
Maka janganlah ia
menuntut di luar
kesanggupan
suaminya atau
meminta sesuatu
yang tidak perlu.
Dalam riwayat
disebutkan "Wanita
yang paling besar
barakahnya." Wahai
siapa gerangan
wanita itu?! Apakah
dia yang
menghambur-
hamburkan harta
menuruti selera
syahwatnya dan
mengenyangkan
keinginannya?
Ataukah dia yang
biasa mengenakan
pakaian termahal
walau suaminya
harus berhutang
kepada teman-
temannya untuk
membayar
harganya?! Sekali-
kali tidak… demi
Allah, namun
(mereka adalah):
ُمَظْعَأ
ِءاَسِّنلا
ٌةَكَرَب،
َّنُهُّرَسْيَأ
ًةَنْؤُم
"Wanita yang paling
besar barakahnya
adalah yang paling
ringan
maharnya."10
Renungkanlah wahai
suadariku muslimah
adabnya wanita
salaf radliallahu
‘anhunna… Salah
seorang dari mereka
bila suaminya
hendak keluar
rumah ia
mewasiatkan satu
wasiat padanya. Apa
wasiatnya? Ia
berkata kepada
sang suami: "Hati-
hatilah engkau
wahai suamiku dari
penghasilan yang
haram, karena kami
bisa bersabar dari
rasa lapar namun
kami tidak bisa
sabar dari api
neraka…"
Adapun sebagian
wanita kita pada
hari ini apa yang
mereka wasiatkan
kepada suaminya
jika hendak keluar
rumah?! Tak perlu
pertanyaan ini
dijawab karena aku
yakin engkau lebih
tahu jawabannya
dari pada diriku.
Wasiat kelima: Baik
dalam mengatur
urusan rumah,
seperti mendidik
anak-anak dan tidak
menyerahkannya
pada pembantu,
menjaga kebersihan
rumah dan
menatanya dengan
baik dan
menyiapkan makan
pada waktunya.
Termasuk
pengaturan yang
baik adalah istri
membelanjakan
harta suaminya
pada tempatnya
(dengan baik), maka
ia tidak berlebih-
lebihan dalam
perhiasan dan alat-
alat kecantikan.
Renungkanlah
semoga Allah
menjagamu, kisah
seorang wanita, istri
seorang tukang
kayu… Ia bercerita:
"Jika suamiku
keluar mencari kayu
(mengumpulkan
kayu dari gunung)
aku ikut merasakan
kesulitan yang ia
temui dalam
mencari rezki, dan
aku turut
merasakan hausnya
yang sangat di
gunung hingga
hampir-hampir
tenggorokanku
terbakar. Maka aku
persiapkan
untuknya air yang
dingin hingga ia
dapat meminumnya
jika ia datang. Aku
menata dan
merapikan barang-
barangku (perabot
rumah tangga) dan
aku persiapkan
hidangan makan
untuknya. Kemudian
aku berdiri
menantinya dengan
mengenakan
pakaianku yang
paling bagus. Ketika
ia masuk ke dalam
rumah, aku
menyambutnya
sebagaimana
pengantin
menyambut
kekasihnyayang
dicintai, dalam
keadaan aku
pasrahkan diriku
padanya… Jika ia
ingin beristirahat
maka aku
membantunya dan
jika ia menginginkan
diriku aku pun
berada di antara
kedua tangannya
seperti anak
perempuan kecil
yang dimainkan oleh
ayahnya."
Wasiat keenam: Baik
dalam bergaul
dengan keluarga
suami dan kerabat-
kerabatnya,
khususnya dengan
ibu suami sebagai
orang yang paling
dekat dengannya.
Wajib bagimu untuk
menampakkan
kecintaan
kepadanya, bersikap
lembut,
menunjukkan rasa
hormat, bersabar
atas kekeliruannya
dan engkau
melaksanakan
semua perintahnya
selama tidak
bermaksiat kepada
Allah semampumu.
Berapa banyak
rumah tangga yang
masuk padanya
pertikaian dan
perselisihan
disebabkan
buruknya sikap istri
terhadap ibu
suaminya dan tidak
adanya perhatian
akan haknya.
Ingatlah wahai
hamba Allah,
sesungguhnya yang
bergadang dan
memelihara pria
yang sekarang
menjadi suamimu
adalah ibu ini, maka
jagalah dia atas
kesungguhannya
dan hargailah apa
yang telah
dilakukannya.
Semoga Allah
menjaga dan
memeliharamu.
Maka adakah
balasan bagi
kebaikan selain
kebaikan?
Wasiat ketujuh:
Menyertai suami
dalam perasaannya
dan turut
merasakan duka
cita dan
kesedihannya.
Jika engkau ingin
hidup dalam hati
suamimu maka
sertailah dia dalam
duka cita dan
kesedihannya. Aku
ingin mengingatkan
engkau dengan
seorang wanita
yang terus hidup
dalam hati suaminya
sampaipun ia telah
meninggal dunia.
Tahun-tahun yang
terus berganti tidak
dapat mengikis
kecintaan sang
suami padanya dan
panjangnya masa
tidak dapat
menghapus
kenangan
bersamanya di hati
suami. Bahkan ia
terus
mengenangnya dan
bertutur tentang
andilnya dalam
ujian, kesulitan dan
musibah yang
dihadapi. Sang
suami terus
mencintainya
dengan kecintaan
yang mendatangkan
rasa cemburu dari
istri yang lain, yang
dinikahi
sepeninggalnya.
Suatu hari istri yang
lain itu (yakni Aisyah
radliallahu ‘anha)
berkata:
اَم ُتْرِغ ىَلَع
ٍةَأَرْما
؟ِّيِبَّنلِل اَم
ُتْرِغ ىَلَع
َةَجْيِدَخ
ْتَكَلَه َلْبَق
ْنَأ
يِنَجَّوَزَتَي،
اَّمَل ُتْنُك
ُهُعَمْسَأ
اَهُرُكْذَي
"Aku tidak pernah
cemburu kepada
seorang pun dari
istri Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
seperti cemburuku
pada Khadijah,
padahal ia
meninggal sebelum
beliau menikahiku,
mana kala aku
mendengar beliau
selalu
menyebutnya."11
Dalam riwayat lain:
اَم ُتْرِغ ىَلَع
ٍدَحَأ ْنِم
ِءاَسِن
ِّيِبَّنلا
ىَّلَص ُهللا
ِهْيَلَع
َمَّلَسَو اَم
ُتْرِغ ىَلَع
َةَجْيِدَخ اَمَو
اَهُتْيَأَر
ْنِكَلَو َناَك
ُّيِبَّنلا
ىَّلَص ُهللا
ِهْيَلَع
َمَّلَسَو
ُرِثْكُي
اَهَرْكِذ
"Aku tidak pernah
cemburu kepada
seorangpun dari istri
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
seperti cemburuku
pada Khadijah,
padahal aku tidak
pernah melihatnya,
akan tetapi Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam banyak
menyebutnya."12
Suatu kali Aisyah
berkata kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam setelah
beliau menyebut
Khadijah:
ُهَّنَأَك ْمَل
ْنُكَي يِف
اَيْنُّدلا
ٌةَأَرْما الِإ
ُةَجْيِدَخ
ُلوُقَيَف اَهَل
اَهَّنِإ ْتَناَك
ْتَناَكَو
"Seakan-akan di
dunia ini tidak ada
wanita selain
Khadijah?!" Maka
beliau berkata
kepada Aisyah:
‘Khadijah itu begini
dan begini.’"13
Dalam riwayat
Ahmad pada
Musnadnya
disebutkan bahwa
yang dimaksud
dengan "begini dan
begini" (dalam
hadits diatas) adalah
sabda beliau:
يِبْتَنَمآ
َنْيِح َرَفَك
ُساَّنلا
ِنْتَقَّدَصَو
ي
يِنَبَّذَكْذِإ
ُساَّنلا
يِنْتَساَوَر
اَهِلاَمِب
يِنَمَرَحْذِإ
ُساَّنلا
يِنَقَزَرَو
ُهللا اَهْنِم
دَلَولا
"Ia beriman
kepadaku ketika
semua orang kufur,
ia membenarkan
aku ketika semua
orang
mendustakanku, ia
melapangkan aku
dengan hartanya
ketika semua orang
meng-haramkan
(menghalangi) aku
dan Allah
memberiku rezki
berupa anak
darinya."14
Dialah Khadijah yang
seorangpun tak
akan lupa
bagaimana ia
mengokohkan hati
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
dan memberi
dorongan kepada
beliau. Dan ia
menyerahkan
semua yang
dimilikinya di bawah
pengaturan beliau
dalam rangka
menyampaikan
agama Allah kepada
seluruh alam.
Seorangpun tidak
akan lupa
perkataannya yang
masyhur yang
menjadikan Nabi
merasakan tenang
setelah terguncang
dan merasa bahagia
setelah bersedih
hati ketika turun
wahyu pada kali
yang pertama:
ُهللاَو ال
َكْيِزْخُي ُهللا
اًدَبَأ َكَّنِإ
ُلِصَتَل
َمِحَّرلا
ُلِمْحَتَو
َّلَكْلا
ُبِسْكَتَو
َمْوُدْعَمْلا
ُنْيِعُتَو
ىَلَع ِبِئاَوَن
ِّقَحْلا
"Demi Allah, Allah
tidak akan
menghinakanmu
selama-lamanya.
Karena sungguh
engkau
menyambung
silaturahmi,
menanggung orang
lemah, menutup
kebutuhan orang
yang tidak punya
dan engkau
menolong setiap
upaya menegakkan
kebenaran."15
Jadilah engkau
wahai saudari
muslimah seperi
Khadijah, semoga
Allah meridhainya
dan meridlai kita
semua.
Wasiat kedelapan:
Bersyukur
(berterima kasih)
kepada suami atas
kebaikannya dan
tidak melupakan
keutamaanya.
Siapa yang tidak
tahu berterimakasih
kepada manusia, ia
tidak akan dapat
bersyukur kepada
Allah. Maka
janganlah meniru
wanita yang jika
suaminya berbuat
kebaikan padanya
sepanjang masa
(tahun), kemudian ia
melihat sedikit
kesalahan dari
suaminya, ia
berkata: "Aku sama
sekali tidak melihat
kebaikan darimu…"
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
telah bersabda:
اَي َرَشْعَم
ِءاَسِّنلا
َنْقَّدَصَت
يِّنِإَف
َّنُكُتْيَأَر
َرَثْكَأ ِلْهَا
ِراَّنلا
َنْلُقَف اَي
َلوُسَر ِهللا
ْمَلَو َكِلَذ
َلاَق
َنْرِثْكُت
َنْعَّللا
َنْرُفْكَتَو
َرْيِشَعْلا
"Wahai sekalian
wanita
bersedekahlah
karena aku melihat
mayoritas penduduk
nereka adalah
kalian." Maka
mereka (para
wanita) berkata: "Ya
Rasulullah kepada
demikian?" Beliau
menjawab: "Karena
kalian banyak
melaknat dan
mengkufuri
kebaikan suami."16
Mengkufuri kebikan
suami adalah
menentang
keutamaan suami
dan tidak
menunaikan haknya.
Wahai istri yang
mulia! Rasa terima
kasih pada suami
dapat engkau
tunjukkan dengan
senyuman manis di
wajahmu yang
menimbulkan kesan
di hatinya, hingga
terasa ringan
baginya kesulitan
yang dijumpai dalam
pekerjaannya. Atau
engkau ungkapkan
dengan kata-kata
cinta yang memikat
yang dapat
menyegarkan
kembali cintamu
dalam hatinya. Atau
memaafkan
kesalahan dan
kekurangannya
dalam menunaikan
hakmu. Namun di
mana bandingan
kesalahan itu
dengan lautan
keutamaan dan
kebaikannya
padamu.
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
bersabda:
ال ُرُظْنَي َهللا
ىَلِإ ٍةَأَرْما ال
ُرُكْشَت
اَهَجْوَز َيِهَو
ال َيِنْغَتْسَت
ُهْنَع
"Allah tidak akan
melihat kepada istri
yang tidak tahu
bersyukur kepada
suaminya dan ia
tidak merasa cukup
darinya."17
Wasiat kesembilan:
Menyimpan rahasia
suami dan menutupi
kekurangannya
(aibnya).
Istri adalah tempat
rahasia suami dan
orang yang paling
dekat dengannya
serta paling tahu
kekhususannya
(yang paling pribadi
dari diri suami). Bila
menyebarkan
rahasia merupakan
sifat yang tercela
untuk dilakukan oleh
siapa pun maka dari
sisi istri lebih besar
dan lebih jelek lagi.
Sesungguhnya
majelis sebagian
wanita tidak luput
dari membuka dan
menyebarkan aib-
aib suami atau
sebagian
rahasianya. Ini
merupakan bahaya
besar dan dosa yang
besar. Karena itulah
ketika salah seorang
istri Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
menyebarkan satu
rahasia beliau,
datang hukuman
keras, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam
bersumpah untuk
tidak mendekati isti
tersebut selama
satu bulan penuh.
Allah Azza wa Jalla
menurunkan ayat-
Nya berkenaan
dengan peristiwa
tersebut.
ْذِإَو َّرَسَأ
ُّيِبَّنلا ىَلِإ
ِضْعَب
ِهِجاَوْزَأ
اًثيِدَح
اَّمَلَف
ْتَأَّبَن ِهِب
ُهَرَهْظَأَو ُهللا
ِهْيَلَع
َفَّرَع
ُهَضْعَب
َضَرْعَأَو ْنَع
ٍضْعَب
"Dan ingatlah ketika
Nabi membicarakan
secara rahasia
kepada salah
seorang dari isteri-
isterinya suatu
peristiwa. Maka
tatkala si istri
menceritakan
peristiwa itu
(kepada yang lain),
dan Allah
memberitahukan hal
itu kepada
Muhammad lalu
Muhammad
memberitahukan
sebagian (yang
diberitakan Allah
kepada beliau) dan
menyembunyikan
sebagian yang
lain." (At Tahriim: 3)
Suatu ketika Nabi
Ibrahim ‘Alaihis
Salam mengunjungi
putranya Ismail,
namun beliau tidak
mejumpainya. Maka
beliau tanyakan
kepada istri
putranya, wanita itu
menjawab: "Dia
keluar mencari
nafkah untuk kami."
Kemudian Ibrahim
bertanya lagi
tentang kehidupan
dan keadaan
mereka. Wanita itu
menjawab dengan
mengeluh kepada
Ibrahim: "Kami
adalah manusia,
kami dalam
kesempitan dan
kesulitan." Ibrahim
‘Alaihis Salam
berkata: "Jika
datang suamimu,
sampaikanlah
salamku padanya
dan katakanlah
kepadanya agar ia
mengganti ambang
pintunya." Maka
ketika Ismail datang,
istrinya
menceritakan apa
yang terjadi.
Mendengar hal itu,
Ismail berkata: "Itu
ayahku, dan ia
memerintahkan aku
untuk
menceraikanmu.
Kembalilah kepada
keluargamu." Maka
Ismail menceraikan
istrinya. (Riwayat
Bukhari)
Ibrahim ‘Alaihis
Salam memandang
bahwa wanita yang
membuka rahasia
suaminya dan
mengeluhkan
suaminya dengan
kesialan, tidak
pantas untuk
menjadi istri Nabi
maka beliau
memerintahkan
putranya untuk
menceraikan
istrinya.
Oleh karena itu,
wahai saudariku
muslimah,
simpanlah rahasia-
rahasia suamimu,
tutuplah aibnya dan
jangan engkau
tampakkan kecuali
karena maslahat
yang syar’i seperti
mengadukan
perbuatan dhalim
kepada Hakim atau
Mufti (ahli fatwa)
atau orang yang
engkau harapkan
nasehatnya.
Sebagimana yang
dilakukan Hindun
radliallahu ‘anha di
sisi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam. Hindun
berkata: "Abu
Sufyan adalah pria
yang kikir, ia tidak
memberiku apa
yang mencukupiku
dan anak-anakku.
Apakah boleh aku
mengambil dari
hartanya tanpa
izinnya?!"
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
"Ambillah yang
mencukupimu dan
anakmu dengan
cara yang ma`ruf."
Cukup bagimu wahai
saudariku muslimah
sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam:
َّنِإ ْنِم ِرَش
ِساَّنلا َدْنِع
ِهللا ًةَلِزْنَم
َمْوَي
ِةَماَيِقْلا
َلُجَّرلا
يِضْفُي ىَلِإ
ِهِتَأَرْما
يِضْفُتَو
ِهْيَلِإ َّمُث
ُرُشْنَي
اَمُهُدَحَأ ُّرِس
ُهَبِحاَص
"Sesungguhnya
termasuk sejelek-
jelek kedudukan
manusia pada hari
kiamat di sisi Allah
adalah pria yang
bersetubuh dengan
istrinya dan istri
yang bersetubuh
dengan suaminya,
kemudian salah
seorang dari
keduanya
menyebarkan
rahasia
pasanannya."18
Wasiat terakhir:
Kecerdasan dan
kecerdikan serta
berhati-hati dari
kesalahan-
kesalahan.
- Termasuk
kesalahan adalah:
Seorang istri
menceritakan dan
menggambarkan
kecantikan sebagian
wanita yang
dikenalnya kepada
suaminya, padahal
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi
wasallam telah
melarang yang
demikian itu dengan
sabdanya:
ال ُرِشاَبُت
ُةَأْرَم
َةَأْرَمْلا
اَهَتَعْنَتَف
اَهِجْوَزِل
ُهَّنَأَك
ُرُظْنَي
اَهْيَلِإ
"Janganlah seorang
wanita bergaul
dengan wanita lain
lalu ia mensifatkan
wanita itu kepada
suaminya sehingga
seakan-akan
suaminya
melihatnya."19
Tahukah engkau
mengapa hal itu
dilarang?!
- Termasuk
kesalahan adalah
apa yang dilakukan
sebagian besar istri
ketika suaminya
baru kembali dari
bekerja. Belum lagi
si suami duduk
dengan enak, ia
sudah
mengingatkannya
tentang kebutuhan
rumah, tagihan,
tunggakan-
tunggakan dan uang
jajan anak-anak.
Dan biasanya suami
tidak menolak
pembicaraan seperti
ini, akan tetapi
seharusnyalah
seorang istri
memilih waktu yang
tepat untuk
menyampaikannya.
- Termasuk
kesalahan adalah
memakai pakaian
yang paling bagus
dan berhias dengan
hiasan yang paling
bagus ketika keluar
rumah. Adapun di
hadapan suami,
tidak ada
kecantikan dan
tidak ada perhiasan.
Dan masih banyak
lagi kesalahan lain
yang menjadi batu
sandungan
(penghalang) bagi
suami untuk
menikmati
kesenangan dengan
istrinya. Istri yang
cerdas adalah yang
menjauhi semua
kesalahan itu.
Footnote:
1Riwayat Muslim
dalam Al-Masajid:
(bab Fadlul Julus fil
Mushallahu
ba ’dash Shubhi wa
Fadlul Masajid)
2Diriwayatkan oleh
Ahmad dan Abu
Daud, dishahihkan
oleh Al Albany, lihat
"Irwaul Ghalil", no.
1269 dan "Shahihul
Jami’" no. 6149
3Lihat kitab "Kaif
Taksabina Zaujak?!"
oleh Syaikh Ibrahim
bin Shaleh Al
Mahmud, hal. 13
4Riwayat Ahmad
dan Tirmidzi, ia
berkata: Hadits
hasan gharib.
Berkata Al Albany:
"Hadits ini
sebagaimana
dikatakan oleh
Tirmidzi." Lihat
takhrij "Misykatul
Masabih" no. 5019
5Al Masyakil Az
Zaujiyyah wa
Hululuha fi Dlaw`il
Kitab wa Sunnah
wal Ma’ariful
Haditsiyah oleh
Muhammad Utsman
Al Khasyat, hal.
28-29
6Riwayat Ahmad
dan Tirmidzi,
dishahihkan Al
Albany, lihat
"Shahihul Jami`us
Shaghir" no. 5294
7Riwayat Thabrani
dan Hakim dalam
"Mustadrak"nya,
dishahihkan Al
Albany hafidhahullah
sebagaimana dalam
"Silsilah Al Ahadits
Ash Shahihah" no.
288
8Lihat kitab "Al
Kabair" oleh Imam
Dzahabi hal. 173,
cetakan Darun
Nadwah Al Jadidah
9Riwayat Ibnu
Nuaim dalam "Al
Hilyah". Berkata
Syaikh Al Albany:
"Hadits ini memiliki
penguat yang
menaikkannya ke
derajat hasan atau
shahih." Lihat
"Misykatul
Mashabih" no. 3254
10Hadits lemah,
diriwayatkan Hakim
dan dishahihkannya
dan disepakati
Dzahabi. Namun Al
Albany
mengisyaratkan
kelemahan hadits
ini. Illatnya pada
Ibnu Sukhairah dan
pembicaraaan
tentangnya
disebutkan secara
panjang lebar pada
tempatnya, lihatlah
dalam "Silsilah Al
Ahadits Ad Dlaifah"
no. 1117
11Semuanya dari
riwayat Bukhari
dalam shahihnya
kitab "Manaqibul
Anshar", bab
Tazwijun Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam Khadijah
wa Fadluha
radliallahu ‘anha.
12Semuanya dari
riwayat Bukhari
dalam shahihnya
kitab "Manaqibul
Anshar", bab
Tazwijun Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam Khadijah
wa Fadluha
radliallahu ‘anha.
13Semuanya dari
riwayat Bukhari
dalam shahihnya
kitab "Manaqibul
Anshar", bab
Tazwijun Nabi
shallallahu ‘alaihi
wasallam Khadijah
wa Fadluha
radliallahu ‘anha.
14Diriwayatkan
Ahmad dalam
Musnadnya 6/118
no. 24908. Aku
katakan: Al Hafidh
Ibnu Hajar
membawakan
riwayat ini dalam
"Fathul Bari", ia
berkata: "Dalam
riwayat Ahmad dari
hadits Masruq dari
Aisyah." Dan ia
menyebutkannya,
kemudian
mendiamkannya. Di
tempat lain (juz
7/138), ia berkata:
"Diriwayatkan
Ahmad dan
Thabrani." Kemudian
membawakan
hadits tersebut.
Berkata Syaikh kami
Abdullah Al Hakami
hafidhahullah:
"Mungkin sebab
diamnya Al Hafidh
rahimahullah karena
dalam sanadnya ada
rawi yang bernama
Mujalid bin Said Al
Hamdani. Dalam "At
Taqrib" hal. 520, Al
Hafidh berkata: "Ia
tidak kuat dan
berubah hapalannya
pada akhir
umurnya." Al
Haitsami bersikap
tasahul (bermudah-
mudah) dalam
menghasankan
hadits ini, beliau
berkata dalam Al
Majma’ (9/224):
"Diriwayatkan
Ahmad dan isnadnya
hasan."
15Muttafaq alaihi,
diriwayatkan
Bukhari dalam
"Kitab Bad’il
Wahyi" dan Muslim
dalam "Kitabul
Iman"
16Diriwayatkan
Bukhari dalam
"Kitab Al Haidl", (bab
Tarkul Haidl Ash
Shaum) dan
diriwayatkan
Muslim dalam
"Kitabul Iman" (bab
Nuqshanul Iman
binuqshanith Thaat)
17Diriwayatkan
Nasa ’i dalam
"Isyratun Nisa’"
dengan isnad yang
shahih.
18Diriwayatkan
Muslim dalam "An
Nikah" (bab Tahrim
Ifsya’i Sirril
Mar’ah).
19Diriwayatkan
Bukhari dalam "An
Nikah" (bab Laa
Tubasyir Al
Mar’atul Mar’ah).
Berkata sebagian
ulama: "Hikmah dari
larangan itu adalah
kekhawatiran
kagumnya orang
yang diceritakan
terhadap wanita
yang sedang
digambarkan, maka
hatinya tergantung
dengannya
(menerawang
membayangkannya)
sehingga ia jatuh
kedalam fitnah.
Terkadang yang
menceritakan itu
adalah istrinya -
sebagaimana dalam
hadits dia atas-
maka bisa jadi hal
itu mengantarkan
pada perceraiannya.
Menceritakan
kebagusanwanita
lain kepada suami
mengandung
kerusakan-
kerusakan yang
tidak terpuji
akibatnya.
(Sumber: ةرسألا الب
لكاشم karya Mazin
bin Abdul Karim Al
Farih. Edisi
Indonesia: Rumah
Tangga Tanpa
Problema ; bab
Sepuluh Wasiat
untuk Istri yang
Mendambakan
"Keluarga Bahagia
tanpa Problema ",
hal. 59-82.
Penerjemah: Ummu
Ishâq Zulfâ bintu
Husein. Editor: Abû
‘ Umar ‘Ubadah.
Penerbit: Pustaka Al-
Haura ’, cet. ke-2,
Jumadits Tsani
1424H, dicopy dari
http://
akhwat.web.id


Reaksi:

0 komentar:

Ayo komentar kamu yang pertamax wa di Sepuluh Wasiat untuk Istri yang Mendambakan "Keluarga Bahagia tanpa Problema"

 
powered by blogger.com and maxwidth simple build 0.02 mobile template